Minggu, 23 Mei 2010

MEMAHAMI MAKNA DAKWAH

Istilah dakwah berasal dari bahasa Arab: da'a, yad'u, da'wah. Artinya mengajak, menyeru, memanggil, menganjurkan.

Dakwah yang kita maksudkan di sini adalah mengajak, menyeru, memanggil atau menganjurkan manusia untuk tetap berada di jalan yang diridhlai Allah SWT. Bukan jalan yang dimurkai dan disesatkan-Nya.

Perlu dicamkan, sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang muslim atau seorang pendakwah (da'i/da'iyat) harus mampu mendakwahi dirinya sendiri. Ia harus terlebih dahulu menghiasi dirinya dengan Iman, Islam dan Ihsan yang menyatu dalam pikir, sikap dan perlikunya sehari-hari.

Sejarah telah menunjukkan, keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW lebih banyak karena faktor keteladanan yang ditunjukkannya. Bukan faktor kuantitas dan formalitas dakwahnya. Bila keteladanan hilang, maka seruan, ajakan, panggilan dan anjuran dari para pendakwah tidak akan memberi makna apa-apa bagi masyarakat.

Dakwah Menapaki Jalan Para Nabi

Dakwah merupakan tradisi yang mulia. Ia tradisi dari para nabi dan rasul. Siapapun yang melaksanakan tradisi ini, akan memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan. Dalam tradisi agama samawi (islam, Nasrani dan Yahudi), dakwah adalah kewajiban. Setiap pemuluk agama samawi diwajibkan untuk mengabarkan ajaran-ajaran agama pada seluruh umat manusia. Tentunya dengan kemampuan masing-masing. Dalam Islam misalnya, junjungan Nabi SAW menegaskan: "Sampaikanlah ajaranku walau satu ayat".

Karena kewajiban tersebut, maka setiap muslim di manapun, kapanpun dan dengan siapapun harus selalu mendakwahkan agamanya. Hal ini menuntut setiap muslim untuk terus-menerus mendalami ajaran agama dan memperbaiki dirinya dengan etika dan moralitas keagamaan. Dengan kata lain, kita dituntut untuk terus-menerus berakhlak baik (akhlakul karimah). Hanya dengan demikian, dakwah akan masuk dan diterima orang lain.

Seperti juga Nabi dan Rasul. Mereka tidak melepaskan diri dari Allah barang sedikitpun. Hal ini harus diteladani oleh setiap muslim dalam menjalankan kewajiban dakwahnya. Jangan sampai hati dan perbuatan kita lalai dari Allah. Memang, kita bukan Nabi atau Rasul. Namun upaya menjaga diri untuk terus-menerus dekat dengan Allah (taqorub ilallah) menjadi kewajiban kita sebagai penerus jejak mereka.

Jika kita sudah mengetahui dan memahami bahwa dakwah adalah kewajiban untuk terus-menerus belajar, ini akan membuat kita semakin tahu siapa diri kita. Bila itu sudah tercapai, kita akan tahu siapa Tuhan kita. Kombinasi pengetahuan dan pemahaman akan diri dan Tuhan ini, akan membawa pada dakwah yang efektif dan efisien. Itulah dakwah para Nabi dan Rasul. Terbukti dakwah mereka berhasil membawa umat dari kegelapan ke jalan yang terang benderang (minadzulumati ilannuri).

wallohu a'lam bish-shawab,-




Ilmu merupakan harta abstrak titipan Allah Subhanahu wata'ala kepada seluruh manusia yang akan bertambah bila diamalkan, salah satu pengamalannya adalah dengan membagi-bagikan ilmu itu kepada yang membutuhkan.
Janganlah sombong dengan ilmu yang sedikit, karena jika Allah Subhanahu wata'ala berkehendak ilmu itu akan sirna dalam sekejap, beritahulah orang yang tidak tahu, tunjukilah orang yang minta petunjuk, amalkanlah ilmu itu sebatas yang engkau mampu.


Sumber : http://www.mail-archive.com/mencintai-islam@yahoogroups.com/msg01100.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar